Beranda | Artikel
Al-Matiin, yang Maha Kokoh
Jumat, 14 Desember 2012

AL-MATIIN, YANG MAHA KOKOH

Oleh
Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni MA

DASAR PENETAPAN
Nama Allâh Subhanahu wa Ta’alayang agung ini disebutkan dalam firmanNya :

إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

Sesungguhnya Allâh, Dialah Maha Pemberi rezki, Yang Maha Mempunyai Kekuatan lagi Maha Kokoh [adz-Dzâriyât/51:58]

Berdasarkan ayat ini, para Ulama menetapkan nama al-Matîn (Yang Maha Kokoh) sebagai salah satu dari nama-nama Allâh Azza wa Jalla yang maha indah, seperti imam Ibnul Atsîr[1] , Ibnu Taimiyyah[2] , syaikh Abdurrahman as-Sa’di[3] , syaikh Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimin[4] dan lain-lain.

PENJABARAN MAKNA ALLAH AL-MATIIN
Ibnu Faris menjelaskan bahwa materi dasar dari nama ini (yaitu huruf mim, ta’ dan nun-red) menunjukkan kekokohan pada sesuatu, yang disertai (makna) tinggi[5]

Al-Fairûz Abadi menjelaskan di antara makna dasar kata ini adalah permukaan bumi yang sangat kokoh dan tinggi [6].

Imam Ibnul Atsîr mengatakan, “(Arti nama Allâh) al-Matîn adalah Yang Maha Kuat dan Kokoh, yang dalam melakukan semua perbuatan-Nya, Allâh Azza wa Jalla tidak merasa susah, berat maupun payah[7] .

Nama Allâh Azza wa Jalla yang maha mulia ini maknanya hampir sama dengan beberapa nama Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang maha agung lainnya, yaitu: “al-Qawiy” (Yang Maha Kuat), “al-‘Azîz” (Yang Maha Perkasa) dan “al-Qadîr” (Yang Maha Mampu/Berkuasa)[8] .

Makna “al-Matîin” adalah Yang Maha sangat kuat, sedangkan “al-Qawiy” adalah Yang tidak ada sesuatupun yang mampu menundukkan dan mengalahkan-Nya, serta menolak ketentuan-Nya. Dia (Maha Mampu) memberlakukan perintah dan ketentuan-Nya kepada semua makhluk-Nya (tanpa ada satupun yang mampu menghalangi). Dia mampu memuliakan siapapun yang dikehendaki-Nya dan mampu menjadikan hina siapapun yang dikehendaki-Nya. Allâh Azza wa Jalla mampu menolong siapa yang dikehendaki-Nya serta tidak menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Segala (daya dan) kekuatan hanya milik Allâh Azza wa Jalla , tidak akan ada orang yang mendapatkan kemenangan kecuali orang yang ditolong-Nya serta tidak akan ada yang mendapatkan kemuliaan kecuali orang yang dimuliakan-Nya. Orang yang tidak ditolong oleh Allâh Azza wa Jalla pasti akan kalah dan orang orang yang dihinakan-Nya pasti akan hina. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ ۖ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ ۗ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Jika Allâh menolong kamu, maka tak ada seorangpun yang dapat mengalahkan kamu; dan jika Allâh membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allâh sesudah itu ? Karena itu hendaknya orang-orang mu’min bertawakkal kepada Allâh saja [Ali ‘Imrân/3:160].

Dalam ayat lain, Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ

Dan seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu milik Allâh semuanya dan bahwa Allâh amat berat siksa-Nya, (niscaya mereka menyesal) [al-Baqarah/2:165][9]

Syaikh Abdurrahmân as-Sa’di rahimahullah ketika menafsirkan ayat di atas, beliau rahimahullah mengatakan, “Artinya, Dialah yang memiliki semua kekuatan dan keperkasaan. Dengannya, Allâh Azza wa Jalla menciptakan benda-benda yang sangat besar (di alam semesta), di langit maupun di bumi, dan mengatur semua urusan yang tampak maupun tidak tampak.

Kehendak-Nya berlaku pada semua makhluk-Nya, apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi.

Orang yang berpaling dari-Nya tidak akan lepas, (karena) tidak ada sesuatupun yang luput dari kekuasaan-Nya.

Di antara (bukti) kemahakuatan dan kemahaperkasaan-Nya adalah : Allâh mampu memberikan rezki kepada semua makhluk di alam semesta, Dia mampu membangkitkan manusia pada hari kebangkitan setelah tubuh mereka hancur membusuk.

Tidak ada seorang manusiapun yang luput dari-Nya (pada hari kebangkitan) dan Dia Maha mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi seperti tubuh-tubuh mereka, maka Maha Suci (Allah) Yang Maha Kuat Lagi Maha Perkasa” [10] .

Diantara bukti kemahaperkasaan-Nya adalah Allâh Azza wa Jalla mampu memenangkan dan memberikan pertolongan kepada para Nabi dan pengikut mereka meskipun jumlah dan persiapan mereka sangat sedikit, sementara jumlah dan persiapan musuh-musuh mereka sangat banyak. Allâh berfirman :

كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ

Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allâh ! Dan Allâh beserta orang-orang yang sabar [al-Baqarah/2:249] [11] .

Dalam ayat lain, Allâh Azza wa Jalla berfirman :

كَتَبَ اللَّهُ لَأَغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي ۚ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ

Allah telah menetapkan, “Aku dan rasul-rasulKu pasti menang”. Sesungguhnya Allâh Maha Kuat lagi Maha Perkasa [al-Mujâdilah/58:21].

Dan diantara bukti kemahaperkasaan-Nya adalah Allâh Azza wa Jalla mampu menimpakan kebinasaan kepada orang-orang yang berbuat zhalim dan menimpakan berbagai macam azab kepada yang berbuat maksiat di dunia. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

كَدَأْبِ آلِ فِرْعَوْنَ ۙ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ شَدِيدُ الْعِقَابِ

(Keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang sebelum mereka. Mereka mengingkari ayat-ayat Allâh, maka Allâh menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allâh Maha Kuat lagi Amat keras siksa-Nya [al-Anfâl/8:52].

Juga firman-Nya:

أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ كَانُوا مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ كَانُوا هُمْ أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَآثَارًا فِي الْأَرْضِ فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ وَمَا كَانَ لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَاقٍ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانَتْ تَأْتِيهِمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَكَفَرُوا فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ ۚ إِنَّهُ قَوِيٌّ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu adalah lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) peninggalan mereka di muka bumi, maka Allâh mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak mempunyai seorang pelindungpun dari azab Allâh. Yang demikian itu adalah karena telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata lalu mereka kafir; maka Allâh mengazab mereka. Sesungguhnya Dia Maha Kuat lagi Maha Keras hukuman-Nya [al-Mu’min (al-Ghâfir)/40:21-22].

Dan termasuk bukti kemahaperkasaan-Nya adalah Dia Maha Mampu Melakukan apa yang dikehendaki-Nya, sehingga tidak ada sesuatupun yang terjadi di alam semesta ini baik berupa gerakan atau diam, tinggi atau rendah, mulia atau hina, kecuali dengan izin-Nya semata, tanpa ada yang mampu menghalangi dan mengalahkan-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya :

أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allâh. Maha suci Allâh, Rabb semesta alam [al-A’râf/7:54]

Juga dalam firman-Nya :

مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا ۖ وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Apa saja yang Allâh anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allâh maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana [Fâthir/35:2][12] .

Juga termasuk bukti kemahakuasaan-Nya adalah berbagai bentuk adzab pedih yang disediakan-Nya bagi penghuni neraka di akhirat nanti, serta berbagai macam kenikmatan dan kesenangan yang berlimpah ruah, tidak terputus dan terus-menerus, yang Allâh Azza wa Jalla sediakan bagi penghuni surga[13] .

PENGARUH POSITIF DAN MANFAAT MENGIMANI NAMA ALLAH AL-MATIIN
Keimanan yang benar terhadap nama Allâh Yang Maha Agung ini akan membuahkan dalam hati seorang hamba perasaan tunduk, merendahkan diri, takut dan selalu bersandar kepada Allâh Jalla Jalaluhu semata, serta selalu bertawakal (berserah diri), taat, memasrahkan segala urusan dan berlepas diri dari (segala) daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan)-Nya.

Oleh karena itulah, kalimat zikir “LAA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH” (tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya) kedudukannya dalam Islam sangat agung, serta memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menumbuhkan serta menyuburkan keimanan dalam hati seorang hamba[14] .

Dalam sebuah hadits yang shahih Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu anhu, “Wahai Abdullah bin Qais (nama Abu Musa), ucapkanlah (zikir) : “LAA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH” (tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya), karena sesungguhnya (zikir) ini termasuk perbendaharaan surga” [15] .

Zikir ini mengandung konsekwensi ketundukan, kepatuhan, bersandar dan penyerahan diri yang seutuhnya kepada Allâh Azza wa Jalla , serta sikap berlepas diri dari semua daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya. Dan menyadari bahwa seorang hamba tidak memiliki sedikitpun kemampuan untuk mendatangkan kebaikan dan menolak keburukan dari dirinya kecuali dengan izin-Nya. Bahkan dia tidak mampu untuk meninggalkan perbuatan maksiat untuk menggantinya dengan ketaatan, sakit menjadi sehat, lemah menjadi kuat dan kurang menjadi sempurna kecuali dengan (pertolongan-Nya). Ringkasnya seorang hamba tidak akan mampu melaksanakan semua urusan dalam kehidupannya kecuali dengan pertolongan-Nya.

Barangsiapa yang mengucapkan kalimat ini dengan benar-benar merealisasikan konsekwensinya, yaitu berserah diri dan bersandar sepenuhnya kepada Allâh, maka dia akan diberi petunjuk (oleh Allâh Azza wa Jalla), dicukupkan (dalam segala keperluannya) dan dijaga (dari semua keburukan), sehingga dia akan menjadi orang yang paling tegar hatinya dan paling baik keadaannya [16] .

Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang ketika keluar rumah membaca (zikir) :

بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

(Dengan nama Allâh, aku berserah diri kepada-Nya, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya), maka malaikat akan berkata kepadanya: “(sungguh) kamu telah diberi petunjuk (oleh Allâh Azza wa Jalla), dicukupkan (dalam segala keperluanmu) dan dijaga (dari semua keburukan)”, sehingga setanpun tidak bisa mendekatinya, dan setan yang lain berkata kepada temannya: Bagaimana (mungkin) kamu bisa (mencelakakan) seorang yang telah diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga (oleh Allâh Azza wa Jalla)?”[17] .

PENUTUP
Demikianlah, dan kami akhiri tulisan ini dengan memohon kepada Allâh dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna, agar dia senantiasa menganugerahkan kepada kita petunjuk dan taufik-Nya, serta kecukupan dan penjagaan dari-Nya, sesungguhnya Dia Maha Kokoh lagi Perkasa, dan Maha Mengabulkan doa.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIV/1431H/2010M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Dalam kitab an-Nihâyah fî Garîbil Hadîts wal Atsar (4/613).
[2]. Dalam kitab Majmû’ Fatâwâ (6/327)
[3]. Dalam kitab Tafsîr Asmâillâhil Husna (hlm. 62)
[4]. Dalam kitab al-Qawâ’idul Mutslâ (hlm. 41)
[5]. Kitab Mu’jam Maqâyisil Lughah (5l236)
[6]. Kitab al-Qamûs al-Muhith (hlm. 1591)
[7]. Kitab an-Nihâyah fî Garîbil Hadîts wal Atsar (4/613)
[8]. Lihat kitab Tafsîr Asmâillâhil Husna (hlm. 60)
[9]. Lihat kitab Tafsîr Asmâillâhil Husna (hlm. 155).
[10]. Kitab Taisîrul Karîmir Rahmân (hlm. 813).
[11]. Lihat kitab Tafsîr Asmâillâhil Husna (hlm. 63).
[12]. Lihat kitab Fiqhul Asmâil Husnâ (hlm. 156-157).
[13]. Lihat kitab Tafsîr Asmâillâhil Husna (hlm. 63).
[14]. Lihat kitab Fiqhul Asmâil Husnâ (hlm. 157).
[15]. HR al-Bukhâri (no. 6952) dan Muslim (no. 2704).
[16]. Lihat kitab Fiqhul Asmâ-il Husnâ (hlm. 157-158).
[17]. HR Abu Dâwud (no. 5095) dan at-Tirmidzi (no. 3426), dishahihkan oleh at-Tirmidzi dan al-Albâni.


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/3451-al-matiin-yang-maha-kokoh.html